Gaya Hidup / Sabtu, 01 Februari 2025 11:05 WIB

Kenapa Bulan Februari Lebih Singkat? Ternyata Inilah Sejarahnya

BAGYNEWS.COM - Februari menjadi bulan paling singkat pada kalender masehi dengan hanya 28 hari atau 29 hari pada tahun kabisat, Februari terasa lebih singkat dibandingkan bulan-bulan lain yang memiliki 30 atau 31 hari.

Lantas, pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa bulan Februari memiliki hari yang lebih sedikit dibandingkan bulan-bulan lainnya? Jawabannya ternyata berkaitan dengan sejarah kuno dan kepercayaan masyarakat Romawi pada masa lalu.

Dilansir dari laman britannica, berikut merupakan sejarah awal mula mengapa Februari hanya terdiri dari 28 hari pada kalender Masehi.

Asal Mula Kalender Romawi

Kalender Gregorian yang kita gunakan saat ini memiliki akar sejarah yang panjang, dimulai dari kalender Romawi pertama. Kalender Romawi kuno awalnya hanya terdiri dari 10 bulan, bukan 12 seperti yang kita kenal sekarang. Kalender ini memiliki 6 bulan dengan 30 hari dan 4 bulan dengan 31 hari, sehingga totalnya hanya 304 hari dalam setahun. Tentu saja, ini tidak sepenuhnya sesuai dengan tahun lunar (berdasarkan pergerakan bulan) yang sebenarnya.

Penambahan Januari dan Februari
Untuk menyelaraskan kalender dengan tahun lunar, Raja Romawi Numa Pompilius memutuskan untuk menambahkan dua bulan baru, yaitu Januari dan Februari. Dengan penambahan ini, kalender Romawi pun memiliki 12 bulan. Namun, Numa Pompilius tidak hanya sekadar menambahkan bulan-bulan baru, ia juga melakukan penyesuaian pada jumlah hari dalam setiap bulan.

Kepercayaan Romawi tentang Angka Ganjil

Numa Pompilius memiliki kepercayaan yang kuat terhadap takhayul Romawi kuno. Pada masa itu, angka genap dianggap membawa sial, sedangkan angka ganjil dianggap lebih baik. Oleh karena itu, Numa memutuskan untuk menghindari angka genap dalam kalendernya. Dia mengurangi satu hari dari setiap bulan yang awalnya memiliki 30 hari, sehingga bulan-bulan tersebut menjadi 29 hari.

Setelah penyesuaian ini, total hari dalam setahun menjadi 355 hari (tepatnya 354,367 hari, tetapi dibulatkan menjadi 355 untuk menghindari angka genap yang dianggap sial). Namun, Numa masih memiliki 56 hari tersisa yang perlu dialokasikan ke dalam kalender.

Februari sebagai Bulan Sial

Numa Pompilius kemudian memutuskan bahwa setidaknya satu bulan dalam setahun harus memiliki jumlah hari yang genap. Ini karena fakta matematika sederhana, jika Anda menjumlahkan 12 angka ganjil (sesuai dengan 12 bulan), hasilnya akan selalu genap. Namun, Numa ingin total hari dalam setahun tetap ganjil. Oleh karena itu, ia memilih Februari sebagai bulan yang akan memiliki jumlah hari genap.

Februari dipilih karena pada bulan ini, masyarakat Romawi melakukan ritual untuk menghormati orang mati. Bulan ini dianggap sebagai bulan yang kurang beruntung, sehingga cocok untuk memiliki jumlah hari yang genap. Akhirnya, Februari ditetapkan memiliki 28 hari, menjadikannya bulan terpendek dalam setahun.

Perubahan Selanjutnya dalam Kalender
Meskipun kalender Romawi mengalami berbagai perubahan setelah masa Numa Pompilius (seperti penambahan bulan kabisat dan hari kabisat modern) panjang bulan Februari yang berjumlah 28 hari tetap dipertahankan. Hal ini membuat Februari menjadi bulan yang unik dan selalu menjadi perhatian, terutama pada tahun kabisat ketika Februari memiliki 29 hari.

Dengan demikian, alasan mengapa Februari lebih singkat daripada bulan-bulan lainnya berakar pada sejarah kuno dan kepercayaan takhayul masyarakat Romawi. Penyesuaian yang dilakukan oleh Raja Numa Pompilius untuk menghindari angka genap dan menyelaraskan kalender dengan tahun lunar telah meninggalkan warisan yang bertahan hingga hari ini. ()

sumber: beritasatu.com

Gaya Hidup

© Bagynews.com. All Rights Reserved. Designed by HTML Codex